Pages

Makassar Di Surabaya

                Saya adalah seorang mahasiswa baru(maba) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tepatnya di jurusan Sistem Informasi, saya bukanlah orang asli Surabaya ataupun orang yang berketurunan jawa, melainkan saya berasal dari luar pulau Jawa, yaitu dari pulau Sulawesi, tepatnya di kota Makassar, baru kali ini saya menginjakkan kaki dipulau jawa dan selama saya berjalan dipermukaan kota Surabaya terdapat
satu pertanyaan besar yang terus menghantui pikiran saya selama ini, yaitu “kok bisa ya bahasa jawa di daerah ini begitu terlestarikan?”.

                Perbedaan yang begitu mencolok antar kota Makassar tempat saya berasal dengan kota Surabaya tempat saya kuliah terlihat dari segi bahasa daerah, di Makassar orang-orang yang menggunakan bahasa daerah ialah mereka yang berada dipinggiran kota ataupun dikabupaten yang berada disekitar kota Makassar, sangat jarang ditemukan orang-orang diperkotaan yang menggunakan bahasa daerah Makassar, dan terlihat sebagai orang desa jikalau dalam kesehariannya itu menggunakan bahasa daerah Makassar. Sangat berbeda dengan Kota Surabaya ini, di kota Surabaya sangat mudah ditemukan orang yang berbahasa jawa, baik diperkotaan maupun didesa-desa bahkan dikampus pun dialog antar para mahasiswa menggunakan bahasa jawa dan cukup membuat saya kaget, ternyata dalam proses perkuliahan di kelas dosen terkadang menggunakan bahasa jawa, hal ini mengingatkanku akan tragedy yang terjadi di kelas Sistem Fungsional Bisnis tragedi tersebut saya beri nama SAKJANE beberapa minggu yang lalu, pada saat itu saya duduk dibagian depan dan begitu memperhatikan materi yang disampaikan oleh dosen saya, tiba saatnya dosen mengeluarkan satu kata “sakjane” dan berpikir sejenak, selama beliau berpikir saya segera bertanya keteman saya yang tepat duduk disebelah kiri saya, dengan suara yang berbisik saya menanyakan “sin arti kata sakjane itu apa?” spontan dia langsung menjawab dengan suara yang tidak berbisik “sebenarnya”, dan spontan juga dosen saya melirik kearah saya dan sambil tersenyum(agak tertawa dikit) mengatakan “mas bukan orang jawa ya?”, saya pun mengiakan pertanyaan bapak tersebut dan beliaupun mentranslate kata yang tadinya sakjane menjadi sebenarnya, tiba-tiba suasana kelas yang semula hening menjadi ramai, penuh dengan tawa, kejadian ini cukup membuatku malu dan tak cukup sampai situ bapak dosen pun terus mentranslate bahasa jawa ke bahasa inggris dari setiap ucapannya yang mengeluarkan bahasa jawa itu.

                Sesungguhnya apa yang menyebabkan bahasa jawa didaerah ini tetap lestari, untuk saat ini saya baru mendapatkan jawaban yang masih perlu dikaji lebih mendalam lagi, sangat simpel jawaban dari pertanyaan ini yaitu karena bahasa jawa sering saja digunakan didaerah ini, dan jikalau begitu muncul lagi pertanyaan dibenakku, yaitu kok bisa bahasa daerah Makassar sangat jarang digunakan dalam percakapan terlebih diperkotaan.

                Kelangkaan bahasa daerah di Makassar dibandingkan dengan bahasa daerah di Surabaya kemungkinan salah satunya disebabkan oleh pemuda-pemudi di daerah Makassar yang pada dasarnya memiliki watak gengsi yang dimana malu jikalau menggunakan bahasa daerah, malu jikalau dikatain wong deso, tapi hal ini tak boleh dipersalahkan, ini hanya terletak pada persoalan watak yang tidak bisa dikatakan salah dari para masyarakat setempat, dan tidak melanggar UU serta masih banyak lagi yang belum bisa saya uraikan.

                Bahasa merupakan alat bantu dari sebuah komunikasi, tidak penting bahasa apa yang digunakan, yang terpenting ialah bagaimana informasi yang ingin kita sampaikan dapat tersampaikan dengan baik.

0 komentar