Pages

Kosakata Pertama di Daerah Baru

                Dari Sabang sampai Merauke begitu banyak pulau-pulau yang terbentang di Negara Indonesia, dengan banyaknya pulau-pulau menyebabkan begitu banyak juga provinsi, kota dan kabupaten yang ada di Negara ini, dan perlu diketahui juga tiap provinsi memiliki bahasa yang berbeda dengan provinsi yang lainnya bahkan terkadang antar kabupaten atau kota memiiki bahasa yang berbeda pula.
                Dengan keragaman bahasa

yang dimiliki Negara tercinta terkadang membuatku tersenyum sendiri, mengapa tidak, itu karena dari jaman saya duduk di bangku SMP hingga Aliyah saya memiliki teman-teman dari berbagai daerah, keunikan tutur kata mereka terkadang ingin membuatku tertawa dan terlebih lagi setelah saya menjadi mahasiswa di kota Surabaya ini, kota yang dimana masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa jawa sebagai alat dalam berkomunikasi verbal, dengan setiap hari mendengarkan bahasa yang berbeda dari daerah asal saya yaitu Makassar saya harus menahan diri agar tidak senyum-senyum ataupun tertawa sendiri, takutnya disangka gila oleh masyarakat disini. Dan juga sekarang saya tidak bisa lagi mengulangi kebiasaan saya yang keseringan tertawa ketika mendengar logat dan bahasa yang berbeda sebelumnya dari bahasa daerah asalku karena kini giliran saya yang ditertawakan oleh teman-teman mahasiswa yang mendengarkan saya, terlebih lagi ketika saya mendapatkan tugas untuk berpresentasi dikelas.

                Takutnya tulisan ini disangka tempat curhat si penulis, maka to the point saja, melihat dari judul tulisan ini, mungkin dari sekian banyak para pembaca yang terhormat sudah bisa menebak-nebak apa yang akan saya ulas kali ini, namun pasti ada juga yang belum bisa menebak-nebak apa maksud dari judul tersebut.

Ketika ada orang yang berpindah tempat tinggal di daerah baru baik itu untuk selamanya ataupun bersifat sementara, perlu bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, terlebih lagi dalam hal bahasa setempat yang digunakan, dari berbagai pengalaman para perantau yang pernah saya temui, kebanyakan dari mereka ketika memulai mempelajari bahasa daerah setempat itu kosakata pertama yang tidak bisa mereka lupakan ialah kata-kata yang mengandung makna jelek atau bisa juga dikatakan kata-kata kotor.

Namun untuk kasus ini, yang banyak mengalaminya ialah para anak-anak yang duduk dibangku SMP hingga remaja yang duduk dibangku Kuliah, keragaman perkataan kotor dari berbagai daerah tak bisa dipungkiri adanya, namun apakah hal ini patut dikembangkan dan dibanggakan sehingga memperkenalkannya ke mereka yang baru menginjakkan kaki di daerah yang mereka belum ketahui bahasa daerah ditempat itu. Kebiasaan ataupun adat yang biasa terjadi di negara ini hanya akan merusak serta menjatuhkan moral para pemuda dan bangsa ini, dan juga akan sangat memalukan bagi bangsa lain.

Sangat wajar bagi mereka yang menjadi perantau keseringan dalam mengucapkan kata-kata kotor yang baru mereka ketahui, karena kemungkinan mereka tidak mengetahui betul makna dari kata-kata kotor yang diucapkan, namun jikalau diteliti lebih mendalam lagi, dampak negatif dari pembendaharaan kosakata kotor ini ialah dapat menimbulkan pertikaian, bagi mereka yang keseringan mengucapkan perkataan kotor dalam berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar suatu saat akan mengalami yang namanya pertikaian, mereka menganggap kosakata kotor tersebut hanyalah gurauan semata namun bagi penduduk setempat yang benar-benar mengetahui makna dari perkataan kotor tersebut akan merasa gusar jikalau dilempari dengan perkataan-perkataan yang kotor, sehingga yang semula hanyalah sebuah candaan atau gurauan kini menjadi hal yang begitu membahayakan.

Dari beberapa dampak negatif yang telah diuraikan sebelumnya, kosakata-kosakata kotor ada baiknya dihindari untuk digunakan, karena bukannya akan memberi keuntungan bagi sang pengoleksi kosakata tersebut, melainkan hanya akan merugikan diri sendiri serta memalukan bangsa ini dihadapan bangsa lain. Dan ingatlah Ucapan merupakan gambaran dari pribadi setiap Individu
                               

0 komentar