Pages

Sungguh Benar Aku Kurang Berdoa

Ya liburan telah datang
Ringanlah kepalaku saat ini
Yang sebelumnya dirantai dengan tugas yang wah
Namun belum  lama ku meninggalkan tugas yang segudang
Aku tercengang
Kelopak mataku seolah menjadi kelopak mata spinx yang tak mau berkedip
Sungguh nilai yang terpampang dibawah naungan nama Muh.Djayusman R cukup membuatku
kecewa
Apakah nilai yang aku harapkan sebelumnya terlalu tinggi?
Atau memang tidak mungkin aku gapai?
Terlalu tinggi? Tidak, karena teman-temanku bisa mendapatkannya
Aku yang tidak bisa? Ah sebuah pernyataan yang lucu
Lalu apakah yang membuat saya tidak memperoleh nilai yang sebelumnya telah saya tergetkan?
Aku menoleh kebelakang
Teknis kuliah aku lalui dengan baik
Tugas dan absensi pun tak ada yang kosong dan terlewatkan
Usahaku pun juga tak setengah-setengah
Namun aku teringat akan perkataan seorang pria yang cukup aku hormati
Cukup simpel kalimat yang dia utarakan atas keluhanku ini
“Dibalik usahamu itu, mungkin kamu kurang berdoa”
7 kata yang trus membuatku merenung
Introspeksi diri…
Ya tak bisa ditolak
Hati ini mengiyakan pernyataan 7 kata itu
Mengapa tidak?
Teringat akan satu kejadian
Kejadian yang cukup mewakili semua  memori akan kesombonganku kepada-Nya
Yaitu seusai shalat
 Aku lebih mementingkan tugas daripada duduk sejenak dan menengadahkan kedua tangan
Seraya meminta doa kepada-Nya
Begitu sombongnya diriku
Yang begitu mengandalkan kemampuan diri ini
Yang sama sekali tidak memikirkan Zat pemberi kemampuan
Kini…
7 kata dalam satu kalimat dan satu ingatanku itu menjadi sebuah harmoni
Sebuah harmoni cinta kepada-Nya
Dan juga menjadi rel dari lintasan langkahku
Ampuni aku
Ampuni diriku atas kesombonganku selama ini
Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in

0 komentar